Google
 

Wednesday, June 27, 2007

Parfum Itu Ternyata Berawal dari Mesir

Kompas, 28 Februari 2003



WEWANGIAN sudah melekat pada kehidupan manusia, aroma sedap ini bahkan bukan lagi monopoli kaum pria dan perempuan dewasa saja. Gaya hidup modern yang padat dengan aktivitas semakin menjadikan wewangian sebagai salah satu cara menyiasati agar tetap tampil segar dan tidak menyebarkan bau kecut keringat. Bahkan, ruangan pun membutuhkan wewangian dan kemudian berkembang sebagai aroma terapi yang dapat menimbulkan rasa nyaman, bersemangat, dan menghilangkan stres.

Tengoklah beberapa mal di Surabaya, tidak akan sulit mencari toko yang menyediakan wewangian. Mulai wewangian "ala kadarnya" seharga Rp 1.500, atau bahkan produk palsu dari merek-merek terkenal, sampai barang impor seharga ratusan ribu, bahkan jutaan rupiah.

Kebanyakan orang mengagumi produk-produk Perancis yang memang sangat terkenal di pasaran dunia. Kata Paris sering dijual agar pembeli percaya produknya bermutu, sekalipun mereknya asing. Tetapi, bagaimana sebenarnya bisa menjadi demikian.

Perancis menjadi sangat terkenal meskipun sejarah asal muasal wewangian tidak dari Negeri Mode itu. Saudagar-saudagar Arab yang menguasai perdagangan rempah-rempah dan serbuk wewangian mengajarkan kepada orang-orang Yunani rahasia ilmu kimia. Berkat tabung penyulingan, mereka ikut berperan dalam penyebaran parfum di Eropa.

SEKELUMIT keterangan tentang perjalanan parfum mulai dari Mesir hingga tempat-tempat lain di seluruh belahan dunia merupakan bagian dari pameran "Jalan Parfum" yang digelar di Galeri Pusat Kebudayaan Perancis Surabaya (Centre Culturel et de Cooperation Linguistique/CCCL), Jalan Darmokali, Surabaya.

Tak kurang dari 11 papan berukuran tinggi 175 cm dan lebar 60 cm terpasang di galeri, yang diselang-seling dengan meja berisi aneka rupa benda yang berkaitan dengan parfum dan wewangian. Papan-papan dengan rangkaian penjelasan salah satu bagian dari perjalanan parfum dihiasi gambar yang menjadi bukti perjalanan parfum.

Misalnya prasasti bergambar Putri Nefertiabet di depan hidangan dan daftar bahan-bahan yang harus terus-menerus diperbarui. Dupa, minyak, perona hijau, dan perona hitam. Prasasti tersebut dari zaman kerajaan awal masa pemerintahan Kheops, yang dilukis di atas batu kapur dan menjadi bagian dari koleksi Museum Louvre.

Rangkaian kalimat itu terpampang jelas dalam sebuah papan berukuran tinggi sekitar 175 cm dan lebar 60 cm. Dengan tambahan judul "jalur parfum", gambaran cara penyebaran parfum di seluruh dunia dituliskan secara singkat.

Bahkan, terpampang pula gambar tanaman penghasil dupa yang diangkut dalam pot-pot, yang menunjukkan cara menyebarkan wewangian dari satu wilayah ke wilayah lain. Gambar itu terdapat dalam Kuil Hatchepsout dan dibuat pada masa Dinasti XVIII.

Wewangian yang kini tersebar di seluruh dunia pada awalnya digunakan di Mesir untuk berbagai keperluan, mulai dari saat kelahiran hingga kematian. Bukan hanya menjadi bagian dari sisi kecantikan, namun juga tak terpisahkan dari upacara ritual. Beragam bahan dari alam dimanfaatkan sebagai bahan dasar wewangian yang diolah dengan bermacam cara.

Bahan dasar seperti kayu manis dan dupa, diolah dengan cara digiling, diparut, atau diremukkan. Hasilnya adalah bahan halus yang ditaburkan. Ada pula bagian tumbuhan yang dibuat ekstraknya, seperti kelopak bunga, buah, akar, kulit kayu, bahkan batang kayu itu sendiri.

Upaya untuk menghasilkan bahan-bahan beraroma wangi dan digunakan dalam setiap kegiatan ritual tidak lepas dari adanya kepercayaan tentang wewangian sebagai penanda kehidupan di Bumi dan keabadian di dunia setelah kematian. Wangi dan asap yang keluar dari dupa yang dibakar menjadi perantara untuk yang masih hidup dan ada di dunia untuk memperoleh perlindungan dari penguasa seluruh alam semesta.

RIWAYAT kegunaan wewangian dalam kehidupan semakin berkembang. Pengaruh ritual, budaya, kepercayaan, dan lingkungan menjadi pemicu perkembangan dan penggunaan wewangian atau parfum. Memarut, menggiling, dan meremukkan bahan-bahan padat juga ditambah dengan destilasi, yaitu mengambil sari wewangian melalui uap air di dalam tabung penyulingan.

Pada pameran yang terangkai dalam kegiatan Festival Perancis bulan Februari 2003, sebuah tabung penyulingan kuno terbuat dari tembaga dipajang di atas salah satu meja. Tabung dengan sebuah pipa berlekuk berwarna terakota itu menjadi saksi perkembangan sejarah wewangian.

Dalam perkembangannya, wangi asli parfum identik dengan daerah asalnya. Misalnya, rose atau mawar yang menjadi keharuman asli di Persia dan berkembang hingga ke seluruh Timur Tengah serta jasmine atau melati terbaik yang ditemukan di Mesir dan India. Jika mencari dupa, sebagai sari wewangian tertua, maka datanglah ke sabana di Somalia, Etiopia, dan Sudan.

Kini, parfum tidak hanya digunakan sebagai satu keperluan kecantikan atau segala hal yang berkaitan dengan ritual. Kesenangan dan penyembuhan menjadi salah satu kegunaan parfum. Perkembangan itu tidak lepas dari kontribusi Yunani yang menawarkan aroma baru dalam dunia keharuman tersebut. Misalnya, aroma mawar yang disajikan untuk kesenangan dan kayu manis untuk sehari-hari.

PENGETAHUAN tentang parfum yang ingin diketahui oleh pecinta wewangian dapat ditemukan dalam ajang pamer yang berlangsung hingga 28 Februari mendatang. Bukan hanya sajian pemikat mata dan rasa ingin tahu, namun juga sajian yang butuh interaksi dari pengunjung pameran.

Tak ketinggalan, delapan buah gayung yang terbuat dari batok kelapa, berisi beragam bahan dasar wewangian yang mudah ditemui di Indonesia. Bahan tradisional itu, misalnya, kapulaga, kemukus, dan pulosari, menyebarkan aroma wangi tersendiri, kental dengan suasana tradisional yang penuh kesederhanaan.

Ternyata, wewangian bukan hanya sebuah aroma yang muncul seketika. Namun, diperoleh melalui proses dan upaya, mulai dari yang sederhana hingga wewangian yang kaya akan cita rasa mewah.

Sepotong kalimat menegaskan, "Parfum adalah sebuah karya seni yang lahir dari imajinasi, kepekaan, dan keterampilan para pencipta parfum." Tentu diawali dengan kesederhanaan dan niat menyajikan suatu karya yang indah dan menyenangkan. (IDR)

No comments: